Jumat, 26 Juni 2015

Jalur Pintas Belajar Bahasa Arab dengan Bernyanyi

http://downloads.ziddu.com/download/24888052/Mari-Belajar-Berbahasa-Arab.mp4.html

Ilmu Gratis ..

Semoga Bermanfaat ...

Belajar ituu ...


Dampak Penggunaan Tekonologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan

http://downloads.ziddu.com/download/24888003/gi-Informasi-dan-Komunikasi-dalam-Dunia-Pendidikan.rtf.html

To Cry Out of Fear of Allaah is

http://downloads.ziddu.com/download/24887995/To-cry-out-of-fear-of-Allaah-is.ppt.html

Sejarah Bahasa Arab_MK Nahwu I


Bangsa Arab ketika masa jahiliyyah tinggal di semenanjung jazirah Arab dan tidak berinteraksi dengan yang lainnya yaitu orang-orang asing kecuali sesekali, dan hal itu menyampaikan mereka pada kefasihan dialek, kekuatan penjelasan, dan terhindarnya dari kesalahan dan perubahan (bahasa).
Ketika cahaya islam bersinar di jazirah arab, dan manusia masuk kedalam agama Allah secara berbondong-bondong, orang arab bergerak menyebar dimuka bumi dan berhubungan dengan orang-orang (luar arab), dan berinteraksi dengan yang lainnya yaitu orang-orang asing disetiap kota yang ditundukan (dimerdekakan), dimana mereka merupakan orang-orang yang bersungguh-sungguh yang melakukan gerakan dakwah pembaharuan kesetiap penjuru dunia. Dan pada perjalanan waktu, mereka mengembangkan hubungan dan ikatan dengan penduduk didaerah tersebut, saling bertukar perdagangan, kemudian melakukan pernikahan dengan mereka hingga mereka hidup dengan pola kehidupan yang baru yaitu orang-orang keturunan yang tidak mampu menjaga (kefasihan) lidahnya. Dari sinilah tabi’at arab (dalam kefasihan lidahnya) mulai rusak, dan watak mereka berubah, hingga nampaklah kesalahan. Kemudian hal itu mulai menyebar dan meluas hingga mengusik orang-orang yang bersemangat dalam (menjaga) kefasihan (bahasa), dan meresahkan jiwa mereka.
Kesalahan terbesar yang pernah terjadi adalah melalui lisan-lisan orang asing diantaranya yaitu hamba-hamba yang telah dimerdekakan dan orang-orang yang mengembara seperti Salman Al-Farisi yang dahulu menggunakan dialek Persia, dan Bilal hamba yang dimerdekakan Abu Bakar yang dahulu menggunakan dialek Habsyi, dan Suhaib yang dahulu menggunakan dialek Roma, semoga Allah meridlhai mereka semuanya.
Seperti yang pernah terjadi ketika juru tulis Abu Musa Al-‘Asy’ari menuliskan surat kepada Umar bin Khatab yang dia berkata padanya: “مِنْ اَبُوْمُوْسَى اَلْأَشْعَرِيُّ…dst”, maka ketika Umar membacanya, dia mengirim surat balasan kepada Abu Musa: “Pukulah juru tulismu dengan cambuk!” .
Pada suatu hari Umar melewati suatu kaum yang sedang belajar memanah, dan lemparan mereka tidaklah membuatnya kagum (sebab salahnya), kemudian Umar menegur mereka, maka merekapun mengatakan kepadanya “إِنَّ قَوْمٌ مُتَعَلِّمِيْنَ” (sesungguhnya kami hanyalah pemula), maka jawaban tersebut membuatnya kaget dan mengatakan: “Kesalahan kalian dalam pengucapan betul-betul lebih keras bagiku ketimbang kesalahan kalian dalam memanah!!”. Akan tetapi, kesalahan seperti ini ketika itu sedikit pada masa khulafau ar-Rasyidin. Kemudian menjadi banyak setelahnya, dan menyebar ruang lingkupnya disebabkan pergaulan dengan orang-orang asing, dan menjalin kekerabatan dengan mereka, dan meluasnya penaklukan umat islam (atas daerah-daerah yang lain). Betapapun, cacat yang terjadi itu lebih dikarenakan kadar banyaknya,hingga akhir masa kepemimpinan bani Umayah, dan sungguh telah memberikan pengaruh dari Abdul Malik bin Marwan yaitu ungkapannya: “Telah membuatku beruban perkembangan mimbar (pengajian) dan antisipasi kesalahan (pengucapan lafadz)”.
Mereka (Ahli Nahwu) menyebutkan (diantara penyebab faktor hilangnya kefasihan bahasa) bahwa empat orang arab tidak menggunakan dialek mereka pada waktu serius dan ketika senda gurau, mereka itu adalah: “As-Syu’bi, ‘Abdul Malik, Al-Hajjaj, dan Ibnu al-Qiriyyah”, tetapi sebagian kesalahan itu dinisbatkan kepada al-Hajjaj.
Ada pendapat: Sesungguhnya kesalahan pertama yang terjadi pada orang arab badui adalah perkataan mereka: “هَذِهِ عَصَاتِيْ” padahal yang benar adalah عَصَايَ.Dan kesalahan pertama yang terjadi di Iraq adalah perkataan mereka: “حَيِّ عَلَى الْفَلاَحِ” dengan mengkashrahkan huruf “ya” (pada حَيَّ), dan yang benar adalah mebacanya dengan fathah, maka hendaklah kamu mengucapkan: “حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ”.
Ibnu al-Atsir menyebutkan dalam “al-Mitsali as-Saair” kisah yang mendorong untuk mengetahui penyebab langsung dalam penyusunan methode bahasa Arab (ilmu nahwu), yaitu: “Bahwasanya Abu al-Aswad ad-Duali mengunjungi putrinya di Bashrah, kemudian ia (putrinya) berkata padanya:يَا اَبَتِ مَا اَشَدُّ الْحَرِّ"”maka diapun menjawab: “"شَهْرُ نَاجِرٍ(bulan kemarau)”. Maka ia (putrinya) berkata: “Sesungguhnya tiada lain aku hanyalah memberitahukanmu (tentang keadaan) bukan bertanya kepadamu. Maka dia (Abu Al-Aswad Ad-Duali) mendatangi Ali r.a kemudian Ali berkata: “Bahasa Arab telah hilang, dan hampir saja jika zaman telah melampaui batas akan lenyap (bahasa arab)”. maka Ali berkata kepadanya: Bagaimana menurutmu?Kemudian dia memberitahukan kepadanya suatu khabar, kemudian ia berkata: Bawakan saya kertas. Kemudian dia mendiktekan kepadanya: (Kalam itu tidak keluar dari isim, fi’il, dan huruf).
Kita mendapat pelajaran dari kisah itu bahwa yang menyusun ilmu nahwu adalah Abu Al-Aswad ad-Duali. Sama saja apakah karena adanya petunjuk dari Ali bin Abu Thalib atau karena didorong oleh (keinginan) diri sendiri. Abu Aswad memberi syakal pada mushaf dan meletakan titik serta tanda-tanda yang menunjukan pada harakat yang berbeda-beda, kemudian gerakan penyusunan berturut-turut setelah itu. Gerakan ini mulai merangsang sebagian masalah-masalah nahwu yang ada diseputar ayat-ayat al-Qur’an, dan bait-bait syi’ir. Ada pendapat bahwa ‘Isa at-Tsaqafi (wafat Thn 149 H) menghimpun masalah-masalah itu dalam dua kitab yang diberinama (al-Jami’ wa al-Ikmal) akan tetapi tidak ada sedikitpun yang sampai kepada kita. Kemudian datang orang arab dan umat islam yang jenius yaitu al-Khalil bin Ahmad (wafat Thn 175 H) sebab ketika itu dalam ilmu nahwu dia memilki pandangan yang akurat, dan ilmu yang luas, penelitian terhadap nash-nash dan kutipan-kutipan yang lebih banyak ketimbang dua orang pendahulunya. Kemudian dia meletakan banyak sekali kaidah-kaidah ilmu ini untuk nahwu yang menyerupai uslub-uslub yang kita baca sekarang, akan tetapi dia tidak meninggalkan dalam masalah itu kitab yang disusun, dan sesungguhnya dia telah menginformasikan intisari pemikirannya itu kepada muridnya yang jenius yaitu Sibawaih yang telah menghimpun ilmu gurunya yaitu intisari pemikirannya dan pandangan-pandangan dua orang yang sebaya dengannya, kemudian dia menertibkan itu semua dan menyusunnya menjadi kitabnya yang berharga “al-Kitab” yang telah menjadikan ulama-ulama yang tsiqah. Dan tersebar karyanya kepada setiap penjuru dunia, dan terus menerus hingga masa kita ini memenuhi dunia dan membuat sibuk manusia, hingga ada yang mengatakan: “Barang siapa yang belum membaca kitab sibawaih maka tidak layak dipercaya sebagai ahli nahwu, dan suatu kitab jika dimutlakan menekuni kitab sibawaih menjadibesar karena mengikuti jejaknya.
Sungguh telah ditetapkan dasar-dasar pelajaran ini oleh Al-Qur’an al-Karim, Hadits yang mulia, syi’ir yang dipercaya karena keshahihannya, pembicaraan orang arab, dan mendatangi mereka, dan para ulama telah menanggung derita dalam menempuh jalan itu dengan kesungguhan yang melelahkan.


 Hal tersebut dilakukan sebab kesalahan juru tulisnya, padahal seharusnya tulisan itu مِنْ أَبِيْ مُوْسَى ...(Pen).
² Sebab yang benar adalah إِنَّ قَوْمٌ مُتَعَلِّمُوْنَ (Pen).
³Tahdzib Syarh Ibnu ‘Aqil Li Alfiyati ibni Malik, Maktabah Malik Fahdu al-Wathaniyyah, Universitas Islam Imam Muhammad bin Su’ud,Riyadl.Cetakan ke 2 Thn.1415 H.Juz pertama, Hal.10-12.

Tuhan Yang Maha Romantis

http://downloads.ziddu.com/download/24887910/Simak-Sejenak.mp4.html

Minggu, 04 November 2012

Cahayamu yang Redup

Kau pahlawan bagiku,
dalam langkahmu
selalu mengisyaratkan akan ketegaranmu
meski letih,
namun tak pernah kau tampakkan kelelahanmu...
 
Maaf...
aku tak pernah membuatmu bahagia..
maaf, aku hanya ingat saat kau pergi..
namun bolehkah ayah aku merindukanmu.. :)

Ya Allah pertemukan kami di akhirat nanti..

amiin.....